Teori Biaya
A.
KONSEP BIAYA RELEVAN
Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus
dibayar. Jika kita membeli sebuah produk
secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada masalah
yang timbul dalam pendefinisian dan
pengukuran biaya produk tersebut. Namun demikian, jika barang tersebut dibeli
lalu disimpan untuk sementara waktu dan kemudian baru rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset
yang bermacam-macam pada beberapa periode waktu yang tak terbatas.
Pertanyaannya, “Lantas berapa biaya
penggunaan aset tersebut selama periode tertentu?”.
Biaya yang akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut biaya relevan (relevant cost). Pada
saat penghitungan biaya yang akan digunakan untuk
melengkapi formulir pajak pendapatan sebuah perusahaan, para akuntan diperlukan untuk membuat perincian jumlah rupiah yang aktual yang dikeluarkan untuk membeli tenaga kerja, bahan baku dan peralatan modal yang
digunakan dalam produksi. Dan untuk tujuan-tujuan
pembayaran pajak, pengeluaran rupiah historis adalah
biaya relevan yang dimaksudkan di atas.
1.
BIAYA PELUANG
(OPPORTUNITY COST)
Sumber daya ekonomi mempunyai nilai karena sumber daya
tersebut bisa digunakan untuk memproduksi barang-barang dan
jasa untuk konsumsi. Ketika sebuah
perusahaan menggunakan suatu sumber daya untuk memproduksi sebuah produk tertentu perusahaan tersebut juga menawarkan
sumber daya tersebut kepada
para pemakai alternatif.
Oleh karena itu konsep biaya peluang menunjukkan
kenyataan bahwa semua keputusan didasarkan pada
pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya peluang
sebuah sumber daya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya tersebut.
2.
BIAYA EKSPLISIT DAN IMPLISIT
Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya
eksplisit dan biaya implisit. Upah yang dibayarkan, pengeluaran untuk
listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku,
bunga yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan. Biaya implisit berkenan dengan setiap
keputusan yang jauh lebih sulit untuk
dihitung. Biaya-biaya implisit ini
tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan
dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa
yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika ia tidak menggunakan ladang
tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-kegiatan pertaniannya.
3.
BIAYA INCREMENTAL
Adalah biaya yang akan timbul sebagai akibat dari adanya suatu keputusan. Biaya incremental ini merupakan
perubahan biaya total yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan yang sedang dibuat.
Biaya incremental ini harus
diidentifikasi secara tepat, hanya biaya-biaya yang
berubah secara nyata sebagai hasil dari suatu keputusan yang bisa dimasukkan, tetapi semua biaya berubah sebagai akibat dari adanya keputusan
tersebut harus dimasukkan. Faktor-faktor produksi yang menganggur (tak terpakai)
yang tidak mempunyai penggunaan alternatif tidak mempunyai biaya incremental dan oleh karena itu bisa dianggap tidak mempunyai biaya.
B. BIAYA JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu
tingkat output dan harga secara, tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang
hubungan antara biaya dan output suatu
perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung
pada fungsi produksi perusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan
tersebut.
1.
KURVA BIAYA JANGKA PENDEK
Baik biaya
tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya jangka pendek sebuah perusahaan. Sebuah kurva biaya
total jangka pendek ditunjukkan oleh gambar 5.1.(a). Tampak jelas pada gambar tersebut, biaya total atau total cost (TC) pada setiap tingkat output adalah
jumlah dari biaya tetap, total atau fixed cost (JFC) dan biaya variabel total atau variabel cost (TVC).
Karena biaya-biaya, apakah biaya rata-rata ataupun biaya marjinal,
digunakan hampir untuk semua tujuan-tujuan
pembuatan keputusan operasional, maka akan sangat bermanfaat bagi kita untak
menelaah biaya-biaya ini.
Average Fixed Cost (AFC) = 

Average Variabel Cost (AVC) = 

Average
Total Cost (AC) = AFC
+ AVC = 

Marginal Cost = 

2.
KURVA BIAYA JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai
input tetap, oleh karena itu semua biaya jangka panjang
adalah variabel. Selain itu, sebagaimana kurva-kurva biaya jangka pendek mengggunakan kombinasi-kombinasi input yang optimal (least cost combination) untuk memproduksi setiap tingkat output (pada skala pabrik tertentu), maka
kurva-kurva biaya jangka panjang juga dibuat dengan
menggunakan asumsi bahwa sebuah pabrik yang optimal (pada
tingkat teknologi tertentu) digunakan untuk
memproduksi tingkat output tertentu.
Dengan harga-harga input yang konstan dua kali lipat input akan menduakali lipatkan biaya totalnya
yang menghasilkan sebuah fungsi biaya total JQ yang linear, seperti dilukiskan
oleh gambar 5.2.
Jika fungsi produksi sebuah perusahaan bersifat decreasing returns to scale, seperti telah dilukiskan pada gambar 5.3, input harus
lebih dari dua kali lipat untuk menghasilkan output dua kali
lipat.

Gambar 5.1. Kurva-kurva biaya jangka pendek
![]() |
Gambar 5.2. Fungsi Biaya Total (TC) yang menunjukkan sistem produksi yang Constant Returns to Scale

Fungsi produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns dan kemudian decreasing returns telah dilukiskan dalam gambar 5.3. Di sini proporsi kenaikan biaya lebih
kecil dari proporsi
kenaikan output pada kisaran decreasing returns
to scale, tetapi lebih besar pada saat terjadi decreasing
returns to scale.
Semua hubungan langsung antara
fungsi produksi dan fungsi biaya yang dijelaskan di atas didasarkan pada
asumsi bahwa harga-harga input adalah konstan. Jika harga-harga input merupakan fungsi dari output, maka
fungsi biaya tersebut akan menunjukkan
kenyataan itu. Misalnya, fungsi biaya suatu prusahaan pada keadaan constant returns input yang dibeli, akan berbentuk seperti ditunjukkan
oleh gambar 5.3. proporsi kenaikan
biaya akan lebih besar dari proporsi kenaikan output.

Gambar 5.3. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang Increasing
Returns to Scale
Kemudian, tampak bahwa walupun biaya dan produksi
berhubungan, sifat dari harga-harga input harus ditelaah lebih
dahulu sebelum kita mencoba untuk
menghubungkan sebuah fungsi biasa dengan fungsi produksi yang mendasarinya. Harga-harga input dan produktivitas secara
bersama-sama menentukan fungsi biaya total tersebut.
C. ANALISIS PELUANG – POKOK
Analisis peluang-pokok (break enven analysis) atau
sering juga disebut analisis konstribusi laba merupakan teknik analisis
penting yang digunakan untuk mempelajari hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan dan laba. Sifat analisis peluang-pokok ini dilukiskan dalam gambar
5.4 yakni sebuah grafik dasar peluang-pokok,
yang terbentuk dari kurva biaya total (TC)
dan penerimaan dan
penerimaan total (TR) suatu perusahaan. Volume output
ditunjukkan oleh sumbu horisontal, sedangkan
penerimaan dan biaya ditunjukkan pada sumbu vertikal. Karena biaya tetap (FQ) selalu konstan tanpa memandang
berapapun jumlah output yang dihasilkan, maka FC tersebut ditunjukkan oleh garis yang mendatar. Biaya variabel
(VQ) pada setiap output ditunjukkan
oleh jarak antara kurva TC dan kurva FC. Kurva TR menunjukkan hubungan harga/permintaan akan produk
perusahaan tersebut dan laba/kerugian
pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TR dan kurva TC.
Walaupun gambar 5.4 disebut grafik
peluang-pokok dan bisa digunakan untuk menentukan kuantitas output di
mana perusahaan tersebut dimulai memperoleh laba yang positif, nilai
analitisnya bisa juga digunakan untuk menentukan tingkat output
peluang-pokok. Grafik tersebut menggambarkan hubungan
penerimaan dan biaya pada seluruh tingkat output dan oleh karena itu bisa digunakan untuk menganalisis apa yang terjadi terhadap laba jika
volume output berubah-ubah.
![]() |
Gambar 5.4. Grafik Peluang-pokok
Analisis Peluang-pokok Linear
Dalam penerapan analisis peluang-pokok, hubungan yang linier biasanya digunakan untuk menyederhanakan analisis tersebut. Analisis peluang-pokok nonlinear cukup menarik secara intelektual
karena alasan pokok
yaitu: (1) tampaknya masuk akal untuk
menduga bahwa banyak kasus kenaikan penjualan bisa dicapai hanya jika harga diturunkan, dan (2)
analisis fungsi biaya menunjukkan bahwa
biaya variabel rata-rata (AVC) akan turun pada kisaran output tertentu dan kemudian
meningkat. Namun demikian, seperti tampak pada contoh, analisis linear cukup
memadai untuk berbagai penggunaan.
Grafik peluang-pokok memungkinkan
seseorang memusatkan perhatiannya terhadap unsur-unsur pokok dari
laba seperti penjualan, biaya tetap (FC), dan biaya variabel (VC). Selain itu, walaupun grafik peluang-pokok linear dilukiskan
mulai dari tingkat output sama dengan nol
sampai dengan tingkat output yang paling tinggi, tetapi tak seorang pun yang menggunakan analisis ini yang akan
memikirkan tingkat output yang
tertinggi dan terendah tersebut. Dengan kata lain, para pengguna grafik
peluang-pokok sesungguhnya hanya memperhatikan kisaran output yang relevan dan
di dalam kisaran tersebut fungsi linear mungkin cukup tepat.
Gambar 5.5
menunjukkan sebuah grafik peluang-pokok yang linear. Biaya tetap (FQ) sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh
sebuah garis horisontal. Biaya variabel (VC) dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit,
maka biaya total (TQ) akan meningkat
sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang
dihasilkan. Produk tersebut dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total (TR) adalah sebuah garis
lurus dari titik origin. Slope dari
garis TR tersebut lebih curam daripada slope
TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit
produk yang dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,-
untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan
input-input variabel lainnya.
Sampai titik peluang-pokok, yang ditunjukkan oleh
perpotongan antara garis TR dan garis TC, perusahaan tersebut menderita kerugian.
Selain melampaui titik tersebut, perusahaan
itu mulai memperoleh laba. Gambar 5.5 menunjukkan titik peluang-pokok pada tingkat penjualan dan tingkat
biaya sebesar Rp 150 juga yang terjadi pada tingkat produksi
sebanyak 50.000 unit.
![]() |
Gambar 5.5. Grafik Peluang-pokok Yang Linear
1.
Biaya Eksplisit Dan
Implisit
Untuk
dapat menggunakan sumber daya, produsen harus membayar kepada pemilik sumber
daya paling tidak opportunity cost
dari sumber daya tersebut bagi pemiliknya.
Biaya
eksplisit perusahaan adalah pembayaran tunai untuk sumber daya yang dibeli di
pasar sumber daya: upah, sewa, bunga, asuransi, pajak dan sejenisnya. Disamping
adanya pengeluaran tunai langsung ini, atau biaya eksplisit, perusahaan juga
menghadapi biaya implisit yang merupakan opportunity
cost dari penggunaan sumber daya milik perusahaan atau pemilik perusahaan.
Contohnya meliputi penggunaan bangunan milik perusahaan sendiri, penggunaan
dana perusahaan atau waktu dari pemilik perusahaan.
2.
Sumber Daya Tetap
Dan Variabel
Beberapa
sumber daya, seperti tenaga kerja disebut sebagai sumber daya variabel karena
dapat dilihat dengan cepat untuk mengubah jumlah output. Dalam jangka panjang
tidak ada sumber daya tetap. Dalam jangka pendek, setidaknya ada satu sumber
daya tetap.
Dapat
diperdebatkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan karena faktor-faktor variabel
tidak perlu berhubungan dengan biaya variabel. Misalnya, jika perusahan tidak
perlu membayar satu senpun kepada pemilik faktor tetap, bila perusahaan tidak
mengganakan faktor apapun; maka semua pembayaran untuk faktor semacam itu harus
dimasukkan dalam faktor tetap. Pembedaan antara biaya tetap dan biaya variabel.
Jika output naik, maka biaya total selalu naik. Hanya biaya rata-rata dan biaya
marjinal yang dapat turun apabila output naik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar