Sabtu, 11 Oktober 2014

Teori Biaya

Teori Biaya
 
A.    KONSEP BIAYA RELEVAN

Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli sebuah produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara waktu dan kemudian baru rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang bermacam-macam pada beberapa periode waktu yang tak terbatas. Pertanyaannya, “Lantas berapa biaya penggunaan aset tersebut selama periode tertentu?”.

Biaya yang akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut biaya relevan (relevant cost). Pada saat penghitungan biaya yang akan digunakan untuk melengkapi formulir pajak pendapatan sebuah perusahaan, para akuntan diperlukan untuk membuat perincian jumlah rupiah yang aktual yang dikeluarkan untuk membeli tenaga kerja, bahan baku dan peralatan modal yang digunakan dalam produksi. Dan untuk tujuan-tujuan pembayaran pajak, pengeluaran rupiah historis adalah biaya relevan yang dimaksudkan di atas.

1.      BIAYA  PELUANG  (OPPORTUNITY COST)

Sumber daya ekonomi mempunyai nilai karena sumber daya tersebut bisa digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk konsumsi. Ketika sebuah perusahaan menggunakan suatu sumber daya untuk memproduksi sebuah produk tertentu perusahaan tersebut juga menawarkan sumber daya tersebut kepada para pemakai alternatif.

Oleh karena itu konsep biaya peluang menunjukkan kenyataan bahwa semua keputusan didasarkan pada pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya peluang sebuah sumber daya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya tersebut.


2.      BIAYA EKSPLISIT DAN IMPLISIT

Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit. Upah yang dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku, bunga yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan. Biaya implisit berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika ia tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-kegiatan pertaniannya.

3.      BIAYA INCREMENTAL

Adalah biaya yang akan timbul sebagai akibat dari adanya suatu keputusan. Biaya incremental ini merupakan perubahan biaya total yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan yang sedang dibuat.

Biaya incremental ini harus diidentifikasi secara tepat, hanya biaya-biaya yang berubah secara nyata sebagai hasil dari suatu keputusan yang bisa dimasukkan, tetapi semua biaya berubah sebagai akibat dari adanya keputusan tersebut harus dimasukkan. Faktor-faktor produksi yang menganggur (tak terpakai) yang tidak mempunyai penggunaan alternatif tidak mempunyai biaya incremental dan oleh karena itu bisa dianggap tidak mempunyai biaya.


B.  BIAYA JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG

Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat output dan harga secara, tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antara biaya dan output suatu perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung pada fungsi produksi perusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan tersebut.


1.      KURVA BIAYA JANGKA PENDEK

Baik biaya tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya jangka pendek sebuah perusahaan. Sebuah kurva biaya total jangka pendek ditunjukkan oleh gambar 5.1.(a). Tampak jelas pada gambar tersebut, biaya total atau total cost (TC) pada setiap tingkat output adalah jumlah dari biaya tetap, total atau fixed cost (JFC) dan biaya variabel total atau variabel cost (TVC).

Karena biaya-biaya, apakah biaya rata-rata ataupun biaya marjinal, digunakan hampir untuk semua tujuan-tujuan pembuatan keputusan operasional, maka akan sangat bermanfaat bagi kita untak menelaah biaya-biaya ini.
Average Fixed Cost  (AFC)  =  

Average Variabel Cost  (AVC)  =  

Average Total Cost  (AC) =  AFC  +  AVC  = 

Marginal Cost   = 


2.      KURVA  BIAYA JANGKA PANJANG

Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai input tetap, oleh karena itu semua biaya jangka panjang adalah variabel. Selain itu, sebagaimana kurva-kurva biaya jangka pendek mengggunakan kombinasi-kombinasi input yang optimal (least cost combination) untuk memproduksi setiap tingkat output (pada skala pabrik tertentu), maka kurva-kurva biaya jangka panjang juga dibuat dengan menggunakan asumsi bahwa sebuah pabrik yang optimal (pada tingkat teknologi tertentu) digunakan untuk memproduksi tingkat output tertentu.

Dengan harga-harga input yang konstan dua kali lipat input akan menduakali lipatkan biaya totalnya yang menghasilkan sebuah fungsi biaya total JQ yang linear, seperti dilukiskan oleh gambar  5.2.

Jika fungsi produksi sebuah perusahaan bersifat decreasing returns to scale, seperti telah dilukiskan pada gambar 5.3, input harus lebih dari dua kali lipat untuk menghasilkan output dua kali lipat.



 



                                   
                                      
                                      
                                                  
                                                              
                                                                                  
                                          




                                                                                
                                                                                                                               
                                               




                                                     
                                      
                                      
                                                                   
                                                                                      
                                                                                  
                                          




Gambar 5.1. Kurva-kurva biaya jangka pendek



 



                                                        
                                                           


                                                                       

Gambar 5.2. Fungsi Biaya Total (TC) yang menunjukkan sistem produksi yang Constant Returns to Scale

Selanjutnya dengan menganggap harga-harga input tidak bertambah (konstan), fungsi biaya yang berkaitan dengan suatu sistem produksi akan meningkat dengan tingkat kenaikan yang semakin besar, seperti ditunjukkan gambar 5.3.

Fungsi produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns dan kemudian decreasing returns telah dilukiskan dalam gambar 5.3. Di sini proporsi kenaikan biaya lebih kecil dari proporsi kenaikan output pada kisaran decreasing returns to scale, tetapi lebih besar pada saat terjadi decreasing returns to scale.

Semua hubungan langsung antara fungsi produksi dan fungsi biaya yang dijelaskan di atas didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga input adalah konstan. Jika harga-harga input merupakan fungsi dari output, maka fungsi biaya tersebut akan menunjukkan kenyataan itu. Misalnya, fungsi biaya suatu prusahaan pada keadaan constant returns input yang dibeli, akan berbentuk seperti ditunjukkan oleh gambar 5.3. proporsi kenaikan biaya akan lebih besar dari proporsi kenaikan output.



 











Gambar 5.3. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang Increasing Returns to Scale

Kemudian, tampak bahwa walupun biaya dan produksi berhubungan, sifat dari harga-harga input harus ditelaah lebih dahulu sebelum kita mencoba untuk menghubungkan sebuah fungsi biasa dengan fungsi produksi yang mendasarinya. Harga-harga input dan produktivitas secara bersama-sama menentukan fungsi biaya total tersebut.


C.  ANALISIS PELUANG POKOK

Analisis peluang-pokok (break enven analysis) atau sering juga disebut analisis konstribusi laba merupakan teknik analisis penting yang digunakan untuk mempelajari hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan dan laba. Sifat analisis peluang-pokok ini dilukiskan dalam gambar 5.4 yakni sebuah grafik dasar peluang-pokok, yang terbentuk dari kurva biaya total (TC) dan penerimaan  dan  penerimaan  total (TR) suatu perusahaan. Volume output ditunjukkan oleh sumbu horisontal, sedangkan penerimaan dan biaya ditunjukkan pada sumbu vertikal. Karena biaya tetap (FQ) selalu konstan tanpa memandang berapapun jumlah output yang dihasilkan, maka FC tersebut ditunjukkan oleh garis yang mendatar. Biaya variabel (VQ) pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TC dan kurva FC. Kurva TR menunjukkan hubungan harga/permintaan akan produk perusahaan tersebut dan laba/kerugian pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TR dan kurva TC.

Walaupun gambar 5.4 disebut grafik peluang-pokok dan bisa digunakan untuk menentukan kuantitas output di mana perusahaan tersebut dimulai memperoleh laba yang positif, nilai analitisnya bisa juga digunakan untuk menentukan tingkat output peluang-pokok. Grafik tersebut menggambarkan hubungan penerimaan dan biaya pada seluruh tingkat output dan oleh karena itu bisa digunakan untuk menganalisis apa yang terjadi terhadap laba jika volume output berubah-ubah.


 















Gambar 5.4. Grafik Peluang-pokok


Analisis Peluang-pokok Linear

Dalam penerapan analisis peluang-pokok, hubungan yang linier biasanya digunakan untuk menyederhanakan analisis tersebut. Analisis peluang-pokok nonlinear cukup menarik secara intelektual karena alasan pokok yaitu: (1) tampaknya masuk akal untuk menduga bahwa banyak kasus kenaikan penjualan bisa dicapai hanya jika harga diturunkan, dan (2) analisis fungsi biaya menunjukkan bahwa biaya variabel rata-rata (AVC) akan turun pada kisaran output tertentu dan kemudian meningkat. Namun demikian, seperti tampak pada contoh, analisis linear cukup memadai untuk berbagai penggunaan.

Grafik peluang-pokok memungkinkan seseorang memusatkan perhatiannya terhadap unsur-unsur pokok dari laba seperti penjualan, biaya tetap (FC), dan biaya variabel (VC). Selain itu, walaupun grafik peluang-pokok linear dilukiskan mulai dari tingkat output sama dengan nol sampai dengan tingkat output yang paling tinggi, tetapi tak seorang pun yang menggunakan analisis ini yang akan memikirkan tingkat output yang tertinggi dan terendah tersebut. Dengan kata lain, para pengguna grafik peluang-pokok sesungguhnya hanya memperhatikan kisaran output yang relevan dan di dalam kisaran tersebut fungsi linear mungkin cukup tepat.

Gambar 5.5 menunjukkan sebuah grafik peluang-pokok yang linear. Biaya tetap (FQ) sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal. Biaya variabel (VC) dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya total (TQ) akan meningkat sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan. Produk tersebut dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total (TR) adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut lebih curam daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,- untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya.

Sampai titik peluang-pokok, yang ditunjukkan oleh perpotongan antara garis TR dan garis TC, perusahaan tersebut menderita kerugian. Selain melampaui titik tersebut, perusahaan itu mulai memperoleh laba. Gambar 5.5 menunjukkan titik peluang-pokok pada tingkat penjualan dan tingkat biaya sebesar Rp 150 juga yang terjadi pada tingkat produksi sebanyak  50.000 unit.




 
















Gambar 5.5. Grafik Peluang-pokok Yang Linear


1.       Biaya Eksplisit Dan Implisit

Untuk dapat menggunakan sumber daya, produsen harus membayar kepada pemilik sumber daya paling tidak opportunity cost dari sumber daya tersebut bagi pemiliknya.

Biaya eksplisit perusahaan adalah pembayaran tunai untuk sumber daya yang dibeli di pasar sumber daya: upah, sewa, bunga, asuransi, pajak dan sejenisnya. Disamping adanya pengeluaran tunai langsung ini, atau biaya eksplisit, perusahaan juga menghadapi biaya implisit yang merupakan opportunity cost dari penggunaan sumber daya milik perusahaan atau pemilik perusahaan. Contohnya meliputi penggunaan bangunan milik perusahaan sendiri, penggunaan dana perusahaan atau waktu dari pemilik perusahaan.

2.       Sumber Daya Tetap Dan Variabel

Beberapa sumber daya, seperti tenaga kerja disebut sebagai sumber daya variabel karena dapat dilihat dengan cepat untuk mengubah jumlah output. Dalam jangka panjang tidak ada sumber daya tetap. Dalam jangka pendek, setidaknya ada satu sumber daya tetap.

Dapat diperdebatkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan karena faktor-faktor variabel tidak perlu berhubungan dengan biaya variabel. Misalnya, jika perusahan tidak perlu membayar satu senpun kepada pemilik faktor tetap, bila perusahaan tidak mengganakan faktor apapun; maka semua pembayaran untuk faktor semacam itu harus dimasukkan dalam faktor tetap. Pembedaan antara biaya tetap dan biaya variabel. Jika output naik, maka biaya total selalu naik. Hanya biaya rata-rata dan biaya marjinal yang dapat turun apabila output naik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar