Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jembatan
yang menghubungkan semua bagian terpisah dari ekonomi internasional adalah
neraca pembayaran. Ini adalah suatu rangkaian perhitungan atau akun dalam
perdagangan yang mencatat semua arus nilai yang berlangsung antara penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain. Memahami neraca pembayaran dengan
demikian adalah juga kunci untuk memahami bagaimana orang memperdagangkan mata
uang mereka sendiri untuk diperjualbelikan dengan mata uang negara lain. Bahkan
arus perpindahan orang dari negara yang satu ke negara lain pun menunjukkan
adanya neraca pembayaran itu, yaitu ketika orang-orang yang berpindah membeli
barang atau mengirimkan kembali uang yang mereka peroleh dari negara tempat
tinggalnya yang sekarang ke negara asal mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Definsi dan struktur dari neraca pembayaran
2.
Jelaskan keseimbangan dalam neraca pembayaran
3.
Sebutkan beberapa pendekatan untuk penyusaian neraca
pembayaran
4.
Jelaskan pengertian dari exchange rate (nilai tukar)
5.
Sebutkan sistem-sistem kurs dan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing
6.
Sebutkan resiko dari nilai tukar
7.
Jelaskan mekanisme penyesuaian harga dan pendapatan
8.
Jelaskan keseimbangan internal dan eksternal pada nilai
tukar
9.
Jelaskan pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap
nilai tukar
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini, yakni untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang neraca pembayaran dan pengaruh serta mekanisme
yang ada pada neraca negara bagi suatu negara. Selain itu juga sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa dalam menulis makalah ilmiah.
Bab II
Pembahasan
2.1 Definisi Neraca Pembayaran
Neraca
pembayaran adalah suatu pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang
dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri, dan dari dalam negeri ke
negara-negara lain. Pembayaran-pembayaran yang dilakukan tersebut meliputi
penerimaan dari ekspor dan pembayaran untuk impor barang dan jasa; aliran masuk
penanaman modal asing dan pembayaran penanaman modal ke luar negeri; dan aliran
ke luar negeri dan aliran masuk modal jangka pendek (seperti mendepositkan uang
di luar negeri). Dua neraca penting dalam suatu neraca pemabyaran adalah neraca
perdagangan dan neraca keseluruhan. Neraca perdagangan menunjukkan perimbangan
di antara ekspor dan impor. Sedangkan neraca keseluruhan menunjukkan
perimbangan di antara keseluruhan aliran pembayaran ke luar negeri dan
keseluruhan aliran penerimaan dari luar negeri.
Menurut IMF dalam Hadi (2002) neraca pembayaran adalah
suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi skonomi
yang meliputi perdagangan barang atau jasa, transfer keuangandan moneter antara
penduduk(resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world)
untuk suatu periode waktu tertentu.
Batiz dan Batiz (1994) menyatakan neraca pembayaran
merupakan suatu catatan atas semua transaksi antara penduduk domestik dan warga
negara asing unruk periode tertentu, biasanya satu tahun. Pencatatan dilakukan
dengan sistem double entry book keeping yaitu dengan menggunakan debit an
kredit. Dengan total debit dan kredit yang telah diestimasi oleh suatu negara
maka akan dapat diketahui apakah sebuah negara berada dalam posisi surplus atau
defisit.
2.2 Struktur Necara Pembayaran
Ada beberapa bentuk strukutur neraca pembayaran. Dilihat
dari strukturnya, neraca dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu
transaksi berjalan dan transaksi modal. Masing-masing komponen dalam kelompok
terdiri dari sisi kredit dan debet. Sisi kredit mencatat transaksi-transaksi
yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk menerima pembayaran dan
sisi debet mencatat transaksi-transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar
bagi penduduk negara lain.
Secara garis
besar struktur neraca pembayaran meliputi:
§
Current Account
Meliputi transaksi yang berkaitan dengan ekspor dan impor
terhadap barang dan jasa. Melalui pos transaksi ini akan terlihat jelas apakah
neraca perdagangan suatu negara surplus atau bahkan defisit.
§
Capital Account
Mencakup arus modal masuk sebagai inflow dan arus modal
keluar (outflow). Adapun inflow dapat meliputi modal resmi maupun bentuk modal
lainnya.
§
Errors dan Ommissions
Errors and Omissions sebagai kesalahan yang belum
diperhitungkan atau kesalahan yang diabaikan. Pada model IMF (international
monetrary fund) merupakan neraca penyeimbang yang memberi makna defisit atau
surplus neraca pembayaran pada tahun pencatatan.
§
Reserve
Bahwa pada acara yang disajikan oleh IMF merupakan
perkembangan cadangan devisa dari tahun sebelum pencatatan atau yang lazim
dinyatakan sebagai monetary movement.
Susunan Struktur Neraca Pembayaran
A.
Transaksi Berjalan
1.
Perdagangan barang
a.
Ekspor
b.
Impor
2.
Jasa-jasa
a.
Terima (kredit)
b.
Bayar (debet)
3.
Penghasilan
4.
Transfer
B.
Lalu Lintas Modal atau Neraca Modal (Capital Account) dan
Keuangan
1.
Transaksi Modal
2.
Transaksi Keuangan di Luar Cadangan Devisa
a.
Penanaman Modal Langsung
b.
Investasi Surat Berharga
c.
Investasi Lainnya
C.
Special Drawing Right (SDR)
D.
Jumlah (A + B + C)
E.
Selisih Perhitungan (Errors and Commisions)
F.
Lalu Lintas Moneter atau Cadangan Devisa
2.3 Keseimbangan Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran harus selalu berada pada keadaan
seimbang dengan saldo nol dimana penjumlahan di sebelah debit harus sama dengan
di sebelah kredit.
Dalam mebahas keseimbangan neraca pembayaran, akan
diuraikan keseimbangan dari masing-masing komponen neraca pembayaran.
·
Keseimbangan Transaksi Berjalam
Keseimbangan transaksi berjalan adalah keseimbangan
yang dihitung dari transaksi barang, jasa, hasil modal dan transaksi
unilateral. Taransaksi berjalan dinyatakan seimbang bila arus uang yang masuk
sama besarnya dengan arus uang yang keluar akibat transaksi barang, jasa, hasil
modal dan transaksi unilateral yang terjadi antar negara. Namun demikian,
transaksi berjalan dapat defisit atau surplus.
·
Keseimbangan Transaksi Modal
Keseimbangan transaksi modal adalah keseimbangan
yang dihitung dari transaksi investasi jangka panjang, investasi jangka pendek,
pemindahan emas, dan transaksi pengangkutan mata uang. Neraca transaksi modal
dinyatakan seimbang bila arus uang keluar untuk investasi jangka panjang,
investasi jangka pendek, serta pemindahan asset dan tabungan sama besarnya
dengan arus masuk dari transaksi-transaksi tersebut yang terjadi antar Negara.
Akan tetapi, transaksi modal dapat mengalami defisit atau surplus.
·
Keseimbangan Neraca Pembayaran
Keseimbangan neraca pembayaran adalah keseimbangan
yang terjadi akibat transaksi berjalan dan transaksi modal. Keseimbangan neraca
pembayaran akan terjadi bilamana arus uang masuk yang terjadi akibat transaksi
berjalan dan transaksi modal sama besarnya dengan aru uang keluar dari
transaksi tersebut di atas yang terjadi antar Negara. Keseimbangan neraca
pembayaran sebenarnya dapat terliat dari perubahan cadangan devisa resmi.
2.4 Pendekatan untuk Penyesuaian Neraca Pembayaran
·
Ada tiga pendekatan utama dalam
penyesuaian neraca pembayaran yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi,
khususnya berkenaan dengan bagaimana cara memandang defisit. Pertama,
pendekatan elasitisitas melihat defisit sebagai hasil dari distorsi harga
relatif atau kurangnya kompetisi pasar. Penyesuaian seyogyanya dilakukan lewat
depresiasi nilai tukar sesuai nilai elastisitas harga permintaan untuk
kelebihan unit impor dan ekspor.
·
Kedua, pendekatan absorsi melihat
defisit sebagai akibat dari kelebihan pembelanjaan atas output domestik,
sehingga penyesuaian yang baik adalah menurunkan pembelanjaan secara relatif
terhadap out-put.
·
Ketiga, pendekatan moneter
memandang defisit sebagai suatu kelebihan suplai uang relatif terhadap
permintaan, sehingga penyesuaian hanya bisa berhasil jika permintaan uang bisa
dinaikkan secara relatif terhadap suplainya. Dalam banyak konteks, khususnya di
negara-negara berkembang, barangkali tak satu pun dari pendekatan ini yang
relevan karena ciri masalahnya adalah pada produksi barang dan ekspor, sehingga
harga equilibrium neraca pembayaran selalu tumbuh dengan lambat. Ada yang
berpendapat perlu dilakukannya penyesuaian struktural lewat perencanaan dan
proteksi. Jika tujuan-tujuan ekonomi terpenting ingin dicapai secara serempak,
penyesuaian yang diperlukan adalah yang langsung berkaitan dengan sumber
ketidakseimbangan itu.
2.5 Pengertian Exchange Rate
Kurs (exchange
rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.perbandingan
nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate).
2.6 Sistem-Sistem Kurs
1.
Sistem
standar emas (Gold Standart System) atau sistem kurs tetap (Fixed rate system).
Sistem standar emas (Gold Standard) mulai digunakan di Inggris tahun 1870, dimana masing-masing
mata uang memiliki kandungan emas tertentu. Sebagai contoh £ 1 mengandung 4
gram emas, sedangkan US $ 1 mengandung 2 gram emas, maka £ 1 dapat dibuat kurs
dengan US dollar sebesar $ 2 atau US $ 1 = £ 0,5. Dalam sistem standar emas
kurs valuta asing relatif stabil, dapat berubah disekitar titik paritas arta
yasa dan dibatasi oleh titik ekspor emas dan titik impor emas.
Dan penggunaan sistem
ini terdiri dan empat macam kurs valuta asing, yaitu :
- Kurs paritas arta yasa (Mint Parity), adalah kurs yang menunjukkan perbandingan kandungan emas yang diperoleh dengan menukarkan satu satuan uang suatu negara dengan sa¬tu satuan uang negara lain.
- Kurs titik ekspor emas (Gold Export Point) adalah kurs valuta asing tertinggi yang terjadi dalam sistem standar emas
- Kurs titik impor emas (Gold Import Point) adalah kurs valuta asing terendah yang terjadi dalam sistem standar emas.
- Kurs valuta asing yang terjadi adalah kurs yang bergernak naik atau turun di sekitar kurs paritas arta yasa.
2.
Sistem
Kurs Mengambang / Sistem Kurs Bebas (Floating Exchange Rate System)
Sistem kurs mengambang adalah suatu sistem devisa dimana kurs
suatu mata uang dengan mata uang yang lain dibiarkan untuk ditentukan secara
bebas oleh tarik menarik kekuatan pasar. Pada sistem ini keterkaitan sistem
harga antan negara terbentuk, karena kurs beban dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menentukan nilai mata uang dalam negeri yang dinyatakan dalam emas.
Ada dua macam sistem
kurs mengambang, yaitu :
- Sistem kurs mengambang yang murni (Clean Float), adalah sistem kurs ,mengambang tanpa adanya campur tangan pemerintah (intervensi pemerintah). Pemerintah tidak berusaha untuk menstabilkan kurs valuta asing.
- Sistem kurs mengambang kurang murni (Dirty Float atau Managed Floating Exchange Rate), adalah sistem kurs mengambang yang masih diintervensi oleh pemerintah atau penguasa moneter melalui pasar. Pemerintah secara aktif melakukan upaya untuk menstabilkan kurs valuta asing.
3.
Sistem
Kurs Tambatan (Paged Rate System).
Dalam sistem kurs tambatan, mata uang yang dipergunakan dalam
negeri merupakan mata uang yang tidak konvertabel terhadap emas. Seperti halnya
dalam sistem pengawasan devisa, kurs valurta asing ditetapkan oleh pemerintah
dan kuota valuta asing (Exchange Quota) tidak dipergunakan.
Suatu negara menggunakan sistem
kurs tambatan apabila memenuhi syarat-syarat pokok sebagai berikut:
a. Mata uang dalam negeri tidak konvertabel terhadap emas
b.Tidak ada
pembatasan mengenai penggunaan valuta asing
c. Kurs valuta asing ditentukan oleh
pemerintah
4.
Sistem
Kurs Mengambang Terkendali atau kurs yang distabilkan (Managed Float / Dirty Float)
Pada tahun 1972 sistem Bretton Woods mulai tidak berfungsi lagi, maka sistem moneter internasional yang digunakan oleh sebagian besar negara dunia sampai saat ini adalah Sistem Kurs Mengambang Terkendali. Dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral tidak menetapkan secara tegas perbandingan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Jadi penentuan kurs diserahkan pada kekuatan pasar. Namun bank sentral akan tetap melakukan pengawasan untuk mengatasi perubahan-perubahan yang mendadak dan yang dapat menguncangkan stabilitas perekonomian.
2.7 Faktor permintaan dan
penawaran valuta asing
Penentuan nilai mata uang asing dapat dibedakan menjadi dua pendekatan
yaitu permintaan dan penawaran valuta asing.
a. Permintaan Valuta
Asing
Keinginan penduduk suatu
negara untuk memperoleh suatu jenis mata uang asing dapat dipandang sebagai permintaan valuta asing oleh penduduk negara
itu. Keinginan masyarakat yang
bertambah besar untuk memperoleh barang dari suatu negara akan menaikkan permintaan mata uang negara tersebut.
Sebaliknya, jika tidak ada
keinginan untuk memperoleh barang dari suatu negara akan menurunkan permintaan mata uang negara tersebut.
b. Penawaran Valuta Asing
Keinginan penduduk suatu negara untuk membeli uang rupiah merupakan
penawaran valuta asing. Keinginan
itu menunjukkan banyaknya uang dolar yang akan digunakan untuk membeli barang-barang buatan
Indonesia. Misalnya, seorang Amerika ingin membeli
sepotong kemeja batik sutera seharga Rp360.000,00. Berapakah harganya dalam dolar Amerika? Untuk kurs US$1=
Rp9.000,00, harganya adalah US$40, untuk kurs
US$1= Rp10.000,00 harganya adalah US$36, dan jika kursnya adalah US$1= Rp12.000 kemeja batik tersebut harganya
US$30. Semakin mahal harga mata uang dolar,
makin banyak penawarannya. Sebaliknya, jika harga dolar murah, penawarannya semakin sedikit.
2.8 Resiko Valas
Risiko nilai tukar atau risiko
mata uang adalah suatu bentuk risiko yang muncul karena perubahan nilai tukar
suatu mata uang
terhadap mata uang yang lain. Suatu perusahaan
atau pemodal yang memiliki aktiva atau
operasi bisnis lintas negara akan memperoleh risiko ini jika tidak menerapkan lindung nilai
(hedging).
Risiko nilai tukar yang terkait
dengan instrumen mata uang asing penting diperhatikan dalam investasi asing.
Risiko ini muncul karena perbedaan kebijakan
moneter dan pertumbuhan produktivitas nyata, yang akan mengakibatkan
perbedaan laju inflasi.
Adanya resiko valuta asing juga berimbas juga pada
perusahaan, yakni:
1. Risiko Umum Kegiatan Valas
·
Risiko mata uang : bila bank dalam posisi long / overbought dlm suatu mata uang dan nilai tukarnya turun (depresiasi), maka
bank akan menanggung kerugian.
·
Risiko liquiditas : pada saat kewajiban dalam mata uang jatuh tempo lebih cepat dari aktivanya.
·
Interest rate risk : ada perubahan suku bunga.
·
Credit risk : bila nasabah gagal memenuhi kewajiban pada saat
kredit jatuh tempo.
2. Risiko
Nilai Tukar terdiri dari tiga jenis risiko:
·
Risiko Transaksi
Merupakan potensi naik
turunnya arus kas perusahaan (berkaitan dengan valuta asing) akibat nilai tukar.
Risiko transaksi nilai
tukar berlaku untuk:
a.
Transaksi Masukan adalah transaksi yang menyebabkan masuknya uang perusahaan. Contoh; penjualan &
investasi sekuritas.
b.
Transaksi Keluaran adalah transaksi yang menyebabkan perusahaan
berkewajiban membayar. Contoh; pembayaran impor bahan
baku & pembayaran kewajiban.
3. Risiko Akuntansi (Risiko Transaksi atau Risiko Konsolidasi)
Merupakan potensi fluktuasi laba perusahaan. Perusahaan yang bisa terkena risiko akuntansi ada dua macam:
·
Perusahaan jenis pertama adalah
mereka yang memiliki pinjaman/ asets dalam mata uang asing.
·
Perusahaan jenis kedua yang
terkena risiko akuntansi adalah mereka yang memiliki cabang/ anak perusahaan di
luar negeri.
4.
Risiko ekonomi merupakan potensi
fluktuasi nilai perusahaan atau kekayaan pemegang saham akibat perubahan nilai
tukar. Dengan kata lain, risiko ekonomi berkaitan dengan potensi fluktuasi pada
eksposur korporat. Eksposur korporat berupa nilai perusahaan atau kekayaan
pemegang saham. Bagi perusahaan yang telah go public, eksposur korporat
tercermin pada harga saham. Karena harga saham merupakan objek yang perlu
dikukur, dimonitor, dan dikendalikan terhadap resiko dan objek tersebut
mencerminkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Nilai perusahaan atau harga saham tergantung pada
dua variabel:ekspektasi arus kas dan factor diskon. Perubahan nilai tukar bias
menyebabkan perubahan arus kas.
Dampak perubahan nilai tukar terhadap ekspektasi arus kas sangat beragam,
tergantung dari aktivitas perusahaan.
Bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku impor dan pembayaran dalam US$,
sedangkan penjualan produk hanya di dalam negeri dalam pembayaran Rupiah,
melemahnya Rupiah terhadap US$ berdampak sangat buruk. Ini sudah terbukti
selama krisis sejak pertengahan tahun 1997. Karena beban pembayaran bahan baku
impor meningkat, sedangkan nilai jual tidak meningkat seperti naiknya biaya
bahan baku tersebut.
Sebaliknya, menguatnya Rupiah terhadap US$ menguntungkan pengguna bahan
baku impor. Perusahaan dapat menghemat Rupiah untuk membayar bahan baku
sementara penjualan konstan, atau bahkan meningkat. Akibatnya, ekspektasi
keuntungan membaik dan ekspektasi arus kas juga membaik.
Berbeda bagi eksportir. Melemahnya Rupiah terhadap US$ justru menguntungkan
perusahaan. Dengan penjualan yang sama dalam US$, pendapatan dalam Rupiah
meningkat. Akibatnya, ekspektasi keuntunan meningkat dan ekspektasi arus kas
juga meningkat. Dan juga sebaliknya.
Faktor diskon mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Semakin tinggi
persepsi mengenai tingkat risiko perusahaan, semakin tinggi juga faktor diskon.
Dampaknya, nilai perusahaan atau harga saham semakin kecil.
Melemahnya Rupiah cenderung menyebabkan faktor diskon meningkat. Depresiasi
Rupiah terjadi karena memburuknya kondisi ekonomi, bahkan juga memburuknya
kondisi politik dan pemerintahan, keamanan, dan potensi ekonomi. Hal-hal
tersebut menyebabkan hilangnya daya tarik investasi karena investor takut.
Ketakutan tersebut kemudian tercermin dalam faktor diskon.
2.9 Mekanisme
Keseimbangan Pendapatan
Adanya
ekspor serta impor (yang besarnya tergantung atas pendapatan) sedikit menambah
komplikasi model ekonomi makro dari Keynes. Keseimbangan pendapatan tercapai
apabila jumlah pengeluaran sama dengan jumlah nilai yang dihasilkan. Hanya saja
sekarang jumlah permintaan total tidak lagi sama dengan pengeluaran. Hal ini
disebabkan karena adanya ekspor dan impor. Keseimbangan tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :
Y = E + X – M
Ket. Y = Produksi nasional
E = Pengeluaran nasional (absorpsi).
Persamaan diatas dapat diartikan sebagai berikut :
Y = Permintaan agregat untuk produksi nasional (AD)
= E (Y) + X – M (Y)
E (Y) = Pengeluaran nasional yang besarnya tergantung dari pendapatan. Ketergantungan terhadap pendapatan ini disebabkan karena salah satu komponennya, yakni konsumsi (C) tergantung dari pendapatan. E(Y) terdiri dari konsumsi (C), investasi dalam negeri (Id), dan pengeluaran pemerintah (G).
Dengan modofikasi sederhana, persamaan tersebut di atas dirubah menjadi :
Y – C – G = (E – C – G) + (X – M)
S = Id + If
Persamaan terakhir menunjukkan bahwa tabungan (S) sama dengan investasi dalam negeri (Id) ditambah investasi luar negeri (If). Dengan demikian, keseimbangan pendapatan dapat pula berarti bahwa tabungan dikurangi investasi dalam negeri sama dengan invesatsi luar negeri .
S – Id = If = X – M
Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam keadaan keseimbangan, S tidak perlu sama dengan Id dan juga X tidak perlu sama dengan M. Yang penting adalah kesamaan :
S – Id = X – M
2.10 Mekanisme Keseimbangan Harga
Mekanisme penyesuaian harga secara otomatis
(automatic adjustment price mechanism) yaitu proses penyesuaian yang bertumpu
pada perubahan – perubahan harga yang terjadi di negara yang mengalami deficit
atau surplus, dan perubahan harga itulah yang menciptakan penyesuaian.
Mekanisme ini sebagaimana dijelaskan oleh David Hume yang dikenal dengan “price
specie flow mechanism” sebagai berikut. Ketika suatu negara mengalami defisit
BOP, persediaan emas turun karena lari ke luar negeri. Larinya emas ke luar
negeri berakibat turunnya money supply domestik yang disertai dengan turunnya
harga-harga barang. Akibatnya, harga barang dalam negeri menjadi kompetitif
yang pada gilirannya akan kembali meningkatkan ekspor pada kondisi semula atau
bahkan lebih besar.
Mekanisme penyesuaian harga secara otomatis
(automatic adjustment price mechanism) yaitu proses penyesuaian yang bertumpu
pada perubahan – perubahan harga yang terjadi di negara yang mengalami deficit
atau surplus, dan perubahan harga itulah yang menciptakan penyesuaian.
Mekanisme ini sebagaimana dijelaskan oleh David Hume yang dikenal dengan “price
specie flow mechanism” sebagai berikut. Ketika suatu negara mengalami defisit
BOP, persediaan emas turun karena lari ke luar negeri. Larinya emas ke luar
negeri berakibat turunnya money supply domestik yang disertai dengan turunnya
harga-harga barang. Akibatnya, harga barang dalam negeri menjadi kompetitif
yang pada gilirannya akan kembali meningkatkan ekspor pada kondisi semula atau
bahkan lebih besar.
2.11 Keseimbangan Internal dan
Eksternal
Keseimbangan internal terjadi apabila
terdapat keseimbangan di pasar dalam negeri, baik pasar barang (termasuk pasar
tenaga kerja) maupun pasar uang. Sedangkan keseimbangan eksternal terjadi
apabila neraca pembayaran internasional seimbang. Tujuan pemerintah selalu
ingin mencapai kedua keseimbangan tersebut secara bersama-sama dengan melakukan
berbagai kebijakan-kebijakan.
Swan
Diagram
Diagram swan yang dikembangkan
oleh Trevor W. Swan (1955) menunjukkan keseimbangan fundamental ekonomi makro
internal dan eksternal. Diagram swan ini digunakan untuk mengevaluasi
perubahan ekonomi yang dihasilkan dari kebijakan yang mempengaruhi pengeluaran
domestic atau relative permintaan untuk barang-barang asing dan domestic.
(Gambar diagram swan)
Pada diagram, menunjukkan sumbu
horizontal adalah jumlah real domestic absorption, dimana adalah penjumlahan
anata konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah. Sumbu fertikal
menunjukkan nilai tukar riil, yang menunjukkan adanya peningkatan depresiasi riil
yang dampaknya pada perbaikan persaingan internasional.
IB menunjukkan kombinasi nilai
tukar dan domestic absorption, yang menunjukkan perekonomian berada pada
keseimbangan internal dan posisi perekonomian berada pada fullemployment dan
kestabilan harga dalam negri. Kemiringan negative (menurun) yang ditunjukkan
olh kurva IB disebabkan oleh apresiasi nilai tukar dapat menurunkan ekspor dan
meningkatkan impor. Maka untuk mempertahankan posisi tersebut, perlu
mempertahankan sector domestic. Sebelah kanan kurva IB menunjukkan tekanan
inflasi, hal tersebut disebabkan oleh pengeluaran domestic lebih besar dari
pada yang dibutuhkan didalam mempertahankan fullemployment. Sebelah kiri IB
menunjukkan deflasi, disebabkan oleh pengeluaran yang terlalu besar dari pada
yang dibutuhkan.
Kurva EB juga menunjukkan
kombinasi antara nilai tukar dan domestic absorption, yang menunjukkan
perekonomian berada pada posisi keseimbangan eksternal, yaitu keseimbangan
current account. Bentuk kemiringan kurvanya adalah positif, yang disebabkan
depresiasi nilai tukar dapat mendorong ekspor dan sebaliknya, menurunkan impor.
Cara mengatasi surplus pada current account, pengeluaran dalam sector domestic
perlu ditingkatkan. Disebelah kanan EB, menunjukkan pengeluaran domestic lebih
tinggi dalam mencapai current account, akibatnya current account menjadi
deficit. Sebaliknya disebelah kiri EB, menunjukkan current account yang
surplus.
(Gambar Diagram Swan)
Dua garis tersebut, mewakili
masing-masing sisi internal dan eksternal.keseimbangan pada sumbu yang
ditunjukkan pada gambar mewakili biaya domestic relative dan fiscal. Kedua
instrument sama-sama dibutuhkan agar tujuan dapat tercapai.
2.12 Kebijakan Moneter dan Fiskal
§ Karakteristik dan Ciri-ciri Pendekatan Moneter terhadap Neraca Pembayaran
Pendekatan moneter terhadap
neraca pembayaran internasional mempunyai tiga karakteristik:
Pertama, pendekatan moneter
menganggap ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran
sebagai fenomena moneter yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan stok antara permintaan dan penawaran
uang. Kedua, pendekatan moneter menyatakan bahwa
tanpa adanya campur tangan pemerintah, ketidakseimbangan neraca pembayaran akan memulihkan persamaan antara permintaan
dan penawaran uang. Dengan demikian,
ketidakseimbangan neraca pembayaran bersifat sementara dan akan menuju keseimbangan secara spontan
dalam jangka panjang. Ketiga, pendekatan moneter
berlaku sama dalam kondisi kurs mengambang dan kurs tetap meskipun proses masing-masing sistem berbeda
(Salvator, 1998: 304).
Hubungan
Variabel Dependen dengan Variabel Independen
1. Hubungan antara Pendapatan Nasional (PDB) dan Neraca Pembayaran
Kenaikan
Pendapatan Nasional (PDB) di suatu negara akan meningkatkan permintaan uang (Md).
Seandainya otoritas moneter di negara itu mempertahankan komponen domestik dari basis moneter
negara tersebut pada tingkat semula, maka komponen
luar negeri atau internasional dari basis moneter luar negeri negara itu (cadangan devisa) pada akhirnya akan
mengalami kenaikan atau dengan kata lain neraca
pembayaran negara tersebut mengalami surplus. Surplus neraca pembayaran di negara itu akan menciptakan kelebihan
stok penawaran uang, jika hal ini tidak diimbangi
atau dikoreksi oleh otoritas moneter negara yang bersangkutan, maka akan tercipta defisit neraca pembayaran
di negara tersebut.
2. Hubungan antara Tingkat Harga dan Neraca Pembayaran
Dalam teori kuantitas uang, perubahan
jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan
berubahnya tingkat harga yang searah dan proporsional dengan perubahan jumlah uang yang beredar. Jika
jumlah uang yang beredar bertambah dengan
10% misalnya, maka tingkat harga akan bertambah dengan 10% juga. Sedangkan surplusnya neraca pembayaran
akan mengakibatkan bertambahnya jumlah
uang yang beredar dan sebaliknya defisit neraca pembayaran akan mengakibatkan berkurangnya jumlah uang
yang beredar.
Sehingga dapat kita tarik kesimpulan
bahwa surplusnya neraca pembayaran akan mengakibatkan
bertambahnya jumlah uang yang beredar dan meningkatnya jumlah uang beredar ini akan mengakibatkan
timbulnya kenaikan harga di negara yang neraca
pembayarannya surplus tersebut. Meningkatnya tingkat harga dalam negeri yang biasa juga disebut inflasi,
mengakibatkan produsen dalam negeri kemampuannya
bersaing melawan produsen negara lain menurun. Ini dengan sendirinya mempunyai tendensi mengakibatkan
meningkatnya impor maupun menurunnya
ekspor, kedua-duanya merupakan unsur penyebab berkurangnya surplus neraca pembayaran. Sebaliknya,
defisit neraca pembayaran akan menyebabkan
berkurangnya jumlah uang yang beredar dan menimbulkan menurunnya tingkat harga (deflasi). Deflasi yang terjadi di
negara yang mengalami defisit
neraca pembayaran ini bertendensi mengakibatkan bertambah kuatnya kemampuan produsen dalam negeri dalam
bersaing melawan produsen negara lain. Ini
dengan sendirinya bertendensi mengakibatkan meningkatnya ekspor dan menurunnya impor.
Jadi, gejala inflasi yang ditimbulkan
oleh surplusnya neraca pembayaran bertendensi
menghilangkan surplus. Sedangkan, deflasi yang terjadi di negara yang mengalami defisit neraca pembayarannya
bertendensi menghilangkan defisitnya.
3. Hubungan antara Tingkat Bunga dan Neraca Pembayaran
Perubahan tingkat bunga menghasilkan
perubahan neraca pembayaran melalui kelebihan
Md dalam kondisi pendekatan moneter. Penurunan tingkat bunga misalnya, menghasilkan surplus neraca
pembayaran melalui kelebihan Md dalam kondisi pendekatan moneter. Notasinya:
(surplus)
Jika tingkat bunga turun, maka
permintaan uang akan mengalami kenaikan karena tingkat
bunga berbanding terbalik dengan permintaan uang. Kelebihan stok permintaan uang yang ditampung atau
diimbangi oleh kenaikan aktiva internal dan komponen
eksternal dari penawaran uang akan menghasilkan surplus neraca pembayaran. Demikian pula
sebaliknya, tingkat suku bunga yang lebih tinggi dalam suatu perekonomian akan mengalirkan pinjaman dari luar
negeri dan memberikan surplus
neraca pembayaran (pemasukan uang) kepada negara tersebut, tetapi hanya dalam jangka pendek
(misalnya, selama 1 tahun atau kurang). Dalam jangka
panjang efek ini akan berhenti dan akan berbalik karena dua alasan. Pertama, suku bunga meningkat yang lebih
tinggi pada tahap awal akan menarik banyak
arus masuk pinjaman luar negeri, karena para pemodal akan menyesuaikan pangsa kekayaan mereka dalam bentuk pinjaman
dari negara yang bersangkutan. Meskipun
demikian, arus masuk itu segera akan menjadi seret dan berbalik setelah adanya penyesuaian. Kedua, jika suku
bunga yang lebih tinggi dari suatu negara berhasil
menarik dana dari luar negeri dan dalam jangka pendek meningkatkan neraca pembayaran, maka pasti ada efek
sebaliknya di kemudian hari. Semua pinjaman
harus dibayar kembali, jika suku bunga yang lebih tinggi sekarang mengalirkan pinjaman bagi kita, maka pada
masa yang akan datang kita harus membayarkannya
kembali dengan bunga. Kita tidak dapat menggunakan suku bunga yang lebih tinggi sebagai alat untuk menarik modal
(pinjaman) ke negara kita tanpa
mempertimbangkan kenyataan bahwa suku bunga yang lebih tinggi tersebut harus dibayarkan
bersama-sama dengan hutang pokoknya. Penarikan tambahan
modal dari luar negeri merupakan beban bagi neraca pembayaran bahkan beban tersebut dapat lebih besar daripada
yang digunakan oleh suku bunga tadi.
4. Hubungan Kredit Domestik dan Cadangan Devisa
Komponen domestik dari basis moneter
suatu negara merupakan kredit domestik yang
diciptakan oleh otoritas moneter negara yang bersangkutan, atau segenap aset domestik yang mendukung (memperbesar) penawaran
uang di negara tersebut. Sedangkan
komponen luar negeri atau internasional dari basis moneter luar negeri suatu negara merupakan cadangan
internasional yang dimiliki oleh negara tersebut. Cadangan internasional tersebut dapat diperbanyak atau
dikurangi melalui surplus atau
defisit neraca pembayaran. Tatkala otoritas moneter di suatu negara mengubah komponen domestik dari basis moneter (kredit
domestik) negara tersebut, maka otomatis
akan terjadi perubahan dalam cadangan devisa/ cadangan internasional dalam negeri tersebut dalam jumlah yang sama
namun dalam arah yang berlawanan,
apabila pendapatan riil dan tingkat suku bunga konstan.
Sebaliknya jika terjadi pertumbuhan
pendapatan riil, sementara tingkat harga dan suku
bunga konstan, maka kenaikan pendapatan tersebut harus diimbangi oleh kenaikan kredit domestik atau cadangan devisa
atau kombinasi keduanya. Seandainya
pihak otoritas moneter di negara yang bersangkutan tidak meningkatkan kredit domestik,
maka akan terjadi kelebihan permintaan uang yang selanjutnya harus dipenuhi oleh arus masuk uang atau cadangan
internasional yang merupakan surplus
bagi neraca pembayaran, jika negara tersebut beroperasi dalam kurs baku.
§
Fiskal
Dampak
kebijakan fiskal ekspansif terhadap pendapatan, tingkat bunga dan nilai tukar bergantung pada apakah kebijakan dilakukan
secara permanen atau temporer. Jika kebijakan
dilakukan bersifat temporer, pergeseran ke kiriü kurva BOP
relatif lebih luas, karena perkiraan
depresiasi dimasa depan juga sementara, dan pergeseran kurva IS ke kiri juga relatif lebih kecil
karena surplus BOP relatif lebih kecil, kebijakan fiskal ekspansif kemudian secara substantial dapat meningkatkan
pendapatan. Namun jika kebijakan
diperkirakan dilakukan secaraü permanen,
pergeseran kurva BOP ke kiri
relatif lebih kecil dan pergeseran kurva IS ke kiri relatif lebih besar
(Yarbrough & Yarbrough, 2002).
Kondisi tersebut akibat
apresasi yang terjadi karena adanya efekØ25. Crowding Out dari
kebijakan fiskal ekspansif yang menyebabkan naiknya tingkat bunga. Dengan kondisi aliran modal tidak sempurna,
naiknya tingkat bunga. akan mendorong aliran masuk
sehingga mata uang domestik mengalami apresiasi (kurs turun). Apresiasi membuat
harga barang dan jasa domestik relatif lebihØ mahal dari
pada harga barang dan jasa luar
negeri, menghasilkan pergeseran pengeluaran dari produk domestik ke produk luar negeri, impor naik sehingga
kurva IS kembali bergeser ke kiri, sehingga pendapatan
nasional turun. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal ekspansif akan efektif jika dilakukan secara
temporer, dan kurang efektif untuk meningkatkan pendapatan jika kebijakan dilakukan secara permanen
(Yarbrough & Yarbrough, 2002).
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Neraca pembayaran dari sebuah negara adalah suatu akun sistematis dari
semua pertukaran nilai antara penduduk di negara itu dan penduduk negara lain
selama suatu periode waktu tertentu. Dua arus terjadi dalam setiap pertukaran
atau transaksi, menurut dasar-dasar pembukuan entri ganda. Sebuah kredit (+)
adalah suatu arus pembayaran yang harus diterima oleh negara yang bersankutan.
Sebuah debet (-) adalah suatu arus pembayaran yang harus dilakukan oleh negara
bersangkutan. Arus-arus dalam transaksi-transaksi internasional dikelompokkan
ke dalam lima kategori. Lima kategori arus, dengan beberapa subkategori pokok,
adalah arus perdagangan barang dagangan, arus jasa, transfer unilateral,
arus-arus modal swasta, dan arus aset pemerintah.
Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda,
yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
perbandingan nilai inilah sering disebut kurs. Nilai tukar biasanya
berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Pada
dasarnya terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku yaitu sistem kurs
mengambang (floating exchange rate), kurs tertambat (pegged exchange rate),
kurs tertambat merangkak (crawling pegs exchange rate), sekeranjang mata uang
(basket of currencies) dan kurs tetap (fixed exchange rate).
Daftar Pustaka
Lindert, Peter H. Ekonomi
Internasional edisi 11. 1994. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar